woww

Kamis, 25 April 2013

Sindrom Chusing


BAB I
KONSEP MEDIS
A.                Defenisi
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang berlebihan. Bila terdapat sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat adenoma hipofisis dikenal sebagai Cushing Disease.

Sindrom Cushing adalah sindrom yang disebabkan berbagai hal seperti obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol. Nama penyakit ini diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912.

Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088).

B.                 Etiologi
1.      Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing.
2.      Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
C.                Patofisiologi
Sindrom Cushing dapat disebatkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Hiperplasia primer kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang terjadi.

Sindrom Chusing juga disebabkan oleh pajanan lama pada obat-obatan glukokortikoid yang berlebihan. Sindrom Chusing dapat bersifat eksogen dan terjadi karena pemberian glukokortikoid atau kortikotropin yang lama atau bersifat endogen akibat peningkatan sekresi kortisol atau kortikotropin. Kelebihan kortisol akan menimbulkan efek anti-inflamasi dan katabolisme protein serta lemak perifer yangberlebihan untuk mendukung produksi glukosa oleh hati. Mekanisme tersebut dapat bergantung kortiktropin (kenaikan kadar kortiktropin plasma menstimulasi korteks adrenal untuk menghasilkan kortisol secra berlebihan) atau tidak tergantung kortiktropin ( kortisol yang berlebihan diproduksi oleh korteks adrenal atau diberikan secara eksogen). Kortisol yang berlebihan akan menekan poros hypothalamus-hipofisis-adrenal dan juga ditemukan pada tumor yang menyekresi kortikotropin secra ektopik.

Penyebab lain Sindrom Cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh malignitas; karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering ditemukan. Tanpa  tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif atau pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang. Tanda  dan gejala Sindrom Cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan adrogen (hormon seks) yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat terpengaruh.







Tumor kelenjar hipofisis
Pemberian obat glukokortikoid
  Pe      ACTH
Kelebihan kortisol
Menstimulasi korteks adrenal
Efek katabolisme
Pe    hormon kortisol
Produksi glukosa 


Kortisol berlebihan

Menekan poros hipothalamus-hipofisis-adrenal


Sindrom Chusing


D.                Manifestasi Klinik

1.      Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.
2.      Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan ekimosis.
3.      Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
4.      Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.
5.      Hipertensi akibat retensi natrium dan retensi sekunder cairan
6.      Diabetes melitus disertai penurunan toleransi glukosa, hiperglikemia puasa dan glukosuria akibat resistensi insulin yang diinduksi oleh kortisol serta peningkatan glukoneogenesis dalam hati
7.    Hipokalemia




E.                 Penatalaksanaan
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisis dibanding tumor korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim bedah yang ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan meskipun di perlukan waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi pasien dengan hipertropi adrenal primer.

Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang sebelumnya tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian dengan hormon – hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.

Preparat penyekat enzim adrenal (yaitu, metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane, ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas. Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek samping akibat obat – obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal (eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan gejala Sindrom Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH


F.                 Pemeriksaan Diagnostik
1.      Uji supresi deksametason.
Mungkin diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis peyebab sindrom cushing tersebut,apakah hipopisis atau adrenal.
2.      Pengambilan sampel darah.
Untuk menentukan adanya varyasi diurnal yang normal pada kadar kortisol, plasma.
3.      Pengumpulan urine 24 jam.
Untuk memerikasa kadar 17 – hiroksikotikorsteroid serta 17 – ketostoroid yang merupakan metabolik kortisol dan androgen dalam urine.
4.      Stimulasi CRF.
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat – tempat tropi.
5.      Pemeriksaan radioimmunoassay
Mengendalikan penyebab sindrom cushing
6.      Pemindai CT, USG atau MRI.
Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.











BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A.                Diagnosa Keperawatan

1.      Pre Op
a)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kulit tipis
b)      Resiko cidera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan protein serta respon inflamasi
c)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan mudah luka dan rapuh
d)     Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ekimosis
e)      Gangguan pola tidur berhubungan dengan diurnal kortisol

2.      Post Op
a)      Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya secret
b)      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
c)      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kembung
d)     Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

B.                 Intervensi Keperawatan

1.      Pre Op
a)      Gangguan integritas kulit berhunbugan dengan kulit tipis
Tujuan             : Integritas kulit terjaga dan terhindar dari lesi
Kriteria            : Mencapai dan mempertahankan integritas kulit agar memiliki kulit yang utuh tanpa bekas adanya luk
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji TTV ( TD, Nadi, suhu )
Untuk mengetahui perkembangan sejak dini
2
Kaji / catat ukuran,warna kulit dan jaringan kulit
Memberi informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit
3
Pantau masukan cairan setiap hari
Untuk mengetahui Intake dan output cairan
4
Beri penjelasan pada pasien penyebab terjadinya kulit tipis
Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab terjadinya kulit tipis
5
Hindari pasien pada obat golongan kortikosteroid
Peningkatan glukosa dalam tubuh

b)      Resiko cidera dan infeksi b/d kelemahan dan perubahan protein serta respon inflamasi.
Tujuan             : Mencapai perbaikan citra tubuh.
Kriteria            : Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisik merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid.
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji apakah terdapat infeksi pada klien
Memberi informasi tentang ada atau tidaknya infeksi pada klien
2
Kaji tingkat inflamasi yang dalam
Pedoman pada tindakan selanjutnya
3
Observasi  TTV
Pengetahuan untuk melihat peningkatan dan pengurangan inflamasi
4
Menjelaskan pada pasien penyebab terjadinya infeksi
Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab infeksi
5
Kolaborasi pemberian analgesic
Pengurangan reaksi inflamasi dalam tubuh



c)      Gangguan integritas kulit b/d mudah luka dan rapuh
Tujuan             : Menurunkan resiko terjadinya lesi/ penurunan integritas pada kulit
Kriteria            : Mencapai dan mempertahankan integritas kulit yang utuh
No
Intervensi
Rasional
1
Periksa keadaan turgor kulit pada pasien
Mengetahui / sebagai informasi tentang keadaan integritas kulit pada pasien
2
Beri penjelasan pada klien tentang penyebab gangguan integritas kulit
Pasien mengerti dan kooperatif tentang penyebab integritas kulit

2.      Post ops
a)      Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatnya secret
Tujuan : Membebaskan jalan nafas dari secret
Kriteria : RR : 20x/ mnt dan secret berkurang
No
Intervensi
Rasional
1
Kaji nyeri/ ketidaknyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan
Mendorong klien untuk bergerak, batuk lebih efektif dan nafas lebih dalam untuk mencegah kegagalan pernafasan
2
Ajarkan batuk efektif pada klien
Merangsang keluarnya secret
3
Beri minum air hangat, tanpa gula
Air hangat dapat mengencerkan secret, sehingga secret dapat keluar
4
Dorong masukan cairan peroral ( sedikitnya 2500 ml/hari )
Hidrasi adekuat untuk mempertahankan secret hilang/ peningkatan pengeluaran secret
5
Berikan O2 tambahan sesuai kebutuhan
Memaksimalkan sedia O2

b)      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Nafsu makan klien meningkat
               Nutrisi meningkat
Kriteria : Berat badan kembali normal
No
Intervensi
Rasional
1
Anjurkan untuk tidak memakan makanan yang merangsang asam lambung ( pedas,berlemak )
Makanan yang pedas merangsang HCL
2
Berikan makan sedikit tapi sering
Dilatasi gaster da[pat terjadi bila makanan terlalu cepat
3
Kolaborasi dengan pemberian obat anti muntah
Untuk mengurangi rasa mual

c)      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d diskontinuitas jaringan
Tujuan             :Luka dapat senbuh setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih 5 hari
Kriteria            : luka kering
klien mengatakan nyeri berkurang




No
Intervensi
Rasional
1
Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka
Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka atau berkambangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
2
Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen peroksida atau dengan air mengalir
menurunkan kontaminasi kulit :membantu dalam membersihkan eksudat
3
Kolaborasi dengan dokter dan irigasi luka, bantu dengan debridement sesuai kebutuhan
Membuang jaringan nekrotik / luka,eksudat untuk meningkatkan luka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar